Heboh! Jule Selingkuh, Netizen Sebut Capek Dihamili

Nama Jule mendadak viral di berbagai platform media sosial setelah muncul serangkaian unggahan yang menyinggung dugaan perselingkuhan dan hubungan pribadi seseorang. Warganet langsung memenuhi linimasa dengan berbagai komentar dan spekulasi.

Fenomena ini bermula dari video singkat di TikTok yang menampilkan potongan percakapan pribadi antara dua orang yang disebut dekat dengan Jule. Cuplikan itu memicu perdebatan luas karena banyak pengguna menilai kisah tersebut menggambarkan perilaku toksik dalam hubungan modern.

Portal hiburan InsertLive (27/10/2025) melaporkan, beberapa akun gosip populer seperti @lambe_turah dan @viral_selebindo turut membahas topik ini. Mereka mencatat lonjakan interaksi hingga ratusan ribu komentar hanya dalam waktu 12 jam.

Pakar komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Dr. Mira Handayani, menilai fenomena ini sebagai refleksi bagaimana publik mudah bereaksi terhadap isu pribadi di ruang digital. “Budaya digital kita makin haus drama. Publik sering menelan gosip tanpa verifikasi,” ujarnya dalam wawancara dengan Kompas.com.

Beberapa pengguna Twitter menyatakan keprihatinan terhadap dampak psikologis yang mungkin dialami pihak-pihak yang namanya ikut terseret. Mereka menuntut agar konten berisi tuduhan tanpa bukti segera dihapus.

Kementerian Kominfo juga merespons isu viral tersebut. Melalui akun resminya di X (Twitter), Kominfo mengimbau masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi pribadi seseorang tanpa izin karena melanggar UU ITE Pasal 27 Ayat 3 tentang pencemaran nama baik.


Fenomena viral seperti kasus Jule menggambarkan perubahan besar dalam cara masyarakat mengonsumsi informasi. Banyak pengguna media sosial memprioritaskan sensasi daripada akurasi. Situasi ini menciptakan ruang subur bagi gosip, fitnah, dan disinformasi.

Data dari We Are Social 2025 menunjukkan lebih dari 78% pengguna media sosial di Indonesia pernah berinteraksi dengan konten yang belum diverifikasi. Sebagian besar mengaku membagikan ulang tanpa membaca seluruh isi informasi. Fakta ini menunjukkan budaya digital yang rawan eksploitasi oleh akun gosip.

Psikolog dari Universitas Airlangga, Dr. Firdha Rachmani, menyebut publik sering menikmati drama selebritas karena efek dopamin dari rasa ingin tahu dan sensasi emosional. Ia menegaskan fenomena ini berisiko menciptakan empati palsu di dunia maya. “Publik sering lupa bahwa di balik isu viral ada manusia yang bisa terluka,” ujarnya dalam wawancara dengan DetikHot (27/10/2025).

Kominfo berencana memperketat pengawasan terhadap akun gosip yang sering mempublikasikan tuduhan tanpa bukti. Lembaga itu juga menggandeng influencer edukatif untuk menyebarkan kampanye #BijakDigital agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengonsumsi isu pribadi publik figur.

Akademisi media dari Universitas Gadjah Mada, Yusuf Rahardian, menilai literasi digital perlu masuk kurikulum sekolah. Ia menekankan pentingnya memahami etika berbagi informasi agar masyarakat bisa membedakan antara hak publik dan pelanggaran privasi.


💡 Kesimpulan Penting

Kasus viral Jule menjadi cermin bagi kondisi ekosistem media digital di Indonesia. Masyarakat perlu mengubah pola konsumsi berita hiburan menjadi lebih kritis, berempati, dan berbasis fakta. Publik figur pun diingatkan untuk berhati-hati karena setiap langkah mereka bisa menjadi bahan eksploitasi konten daring.